Jali-Jali Jalan-Jalan ke Malaysia

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) menegaskan lagu "Jali Jali" yang saat ini diklaim Malaysia sebagai lagu asli dari Langkawi adalah lagu asal Indonesia. "Lagu 'Jali Jali' itu memang milik Indonesia.
Jadi, meski pun notasinya diubah dan diberi lirik baru sehingga berbunyi Jali Jali dari Langkawi, tetap ketahuan asal-usulnya dari Betawi, Jakarta," ujar Menbudpar Jero Wacik menjawab pertanyaan wartawan seusai jumpa pers mengenai rencana pemberian Penghargaan Kebudayaan 2007 kepada 29 individu di Jakarta, Jumat kemarin.
Klaim lagu "Jali Jali" itu merupakan pencaplokan karya budaya Indonesia yang kesekian kalinya dilakukan Malaysia. Sebelum itu Malaysia juga mengklaim lagu "Rasa Sayange" sebagai lagu masyarakat Malaysia. Padahal lagu tersebut berasal dari Maluku.
"Kalau lagu 'Rasa Sayange' sudah direkam Indonesia ke dalam piringan hitam sejak tahun 1958 dan disebarluaskan kepada khalayak sejak 15 Agustus 1962 bertepatan dengan dilangsungkannya ASEAN Games di Senayan, Jakarta, sedangkan lagu 'Jali Jali' juga sudah lama direkam dan dikenal masyarakat Indonesia sebagai lagu Betawi. Asal-usul kedua lagu itu pun sudah selalu diajarkan para guru sejak saya duduk di sekolah dasar," lanjut Menbudpar, seraya menambahkan bahwa Indonesia siap memberikan bukti-bukti sah kepemilikan lagu "Jali Jali" itu kepada Malaysia.
"Saya akan ke Jepang mendatangi yayasan musik Minoru Endo Music Foundation yang menyimpan lebih dari seratus judul lagu Indonesia, termasuk 'Rasa Sayange' dan 'Jali Jali' itu. Di Solo, di studio rekaman milik negara yang bernama Lokananta, bukti-bukti lagu 'Rasa Sayange' dan 'Jali Jali' milik Indonesia juga tersimpan banyak. Kalau kemudian akan ke Jepang, semata-mata karena saya ingin mendapatkan bukti yang lebih meyakinkan mengenai asal-usul lagu 'Rasa Sayange' dan 'Jali Jali'," katanya lagi.
Lagu "Rasa Sayange" kini bahkan dijadikan jingle iklan kepariwisataan Malaysia. Sementara lagu "Jali Jali" antara lain dijadikan jingle iklan kepariwisataan Langkawi.
Pemberian Penghargaan Kebudayaan 2007 kepada 29 individu itu rencananya dilakukan pada 6 November di Candi Prambanan, Yogyakarta. Penghargaan itu meliputi Satyalencana Kebudayaan dari Presiden RI (1 orang), hadiah seni (4 orang), Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya (3 orang), Pengarang Buku Anak (3 orang), dan Media Massa (TV dan koran), serta 18 individu lainnya yang dinilai memiliki dedikasi tinggi terhadap upaya pelestarian kebudayaan Indonesia. (Ami Herman)

0 Komentar Anda:

Posting Komentar